Nafkah Suami Kurang? Simak Pandangan Islam dan Solusinya
(Gambar Ilustrasi: Nafkah Suami Kepada Istri) |
Nafkah suami merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan keluarga. Dalam konteks Islam, nafkah adalah tanggung jawab suami untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak. Namun, dalam realitasnya, seringkali suami menghadapi kesulitan dalam memberikan nafkah yang cukup.
Artikel ini akan mengulas pandangan Islam mengenai nafkah suami yang kurang serta memberikan saran dari para pakar untuk mengatasi situasi tersebut. Sebagai seorang suami, bertanggung jawab atas nafkah keluarga merupakan kewajiban yang digariskan dalam Islam. Namun, terkadang realitas kehidupan tidak selalu sejalan dengan harapan, membuat suami mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nafkah keluarga. Dalam situasi seperti ini, bagaimana pandangan Islam dan solusi yang dapat ditempuh? Simak penjelasan komprehensif berikut.Pengertian Nafkah dalam Islam
Nafkah menurut Ahli Fiqih ialah suatau pengeluaran biaya
seseorang terhadap orang yang wajib di nafkahinya, terdiri atas roti, lauk
pauk, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya seperti biaya dalam rumah tangga.Secara bahasa, kata nafkah berasal dari
kata, نَفَك–
Nafkah dalam Islam mencakup segala sesuatu yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, dan pendidikan. Tanggung jawab ini diatur dalam Al-Qur'an dan hadis,
yang menekankan pentingnya pemenuhan nafkah sebagai salah satu kewajiban suami.
Dasar Hukum Nafkah
Salah satu ayat yang menjadi dasar hukum nafkah suami
terdapat dalam Al-Qur'an:
وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ
وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَاۚ لَا
تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ
"Dan kewajiban ayah adalah memberikan makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya," (Q.S. Al-Baqarah: 233)
Ayat ini menegaskan bahwa suami harus memenuhi kebutuhan
istri dan anak-anak. Ini menunjukkan bahwa nafkah bukan hanya sekadar kewajiban
finansial, tetapi juga mencakup kebutuhan emosional dan spiritual.
Dampak Nafkah Suami yang Kurang
- Ketidak
puasan Emosional: Ketika nafkah yang diberikan tidak mencukupi, istri
dan anak-anak bisa merasa kurang diperhatikan dan dihargai. Ini dapat
menimbulkan ketegangan dalam hubungan suami istri.
- Stres
Finansial: Keluarga yang mengalami keterbatasan nafkah sering kali
harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang dapat menyebabkan
stres dan konflik di antara anggota keluarga.
- Masalah
Kesehatan: Keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dapat berimbas
pada kesehatan fisik dan mental anggota keluarga, termasuk risiko gangguan
psikologis.
- Ketidak
stabilan Keluarga: Dalam jangka panjang, masalah nafkah dapat memicu
konflik yang lebih serius dan bahkan perpecahan dalam keluarga.
Pandangan Islam Mengenai Nafkah
Dalam Islam, suami diharapkan untuk berusaha semaksimal
mungkin dalam memenuhi nafkah keluarganya. Namun, ada beberapa hal yang perlu
dipahami:
1.
Kewajiban Suami:
Menurut hadis, Rasulullah SAW bersabda:
خيركم خيركم
لأهله، وأنا خيركم لأهلي
"Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap
keluarganya." (HR. Ibn Majah)
Hadis ini menunjukkan pentingnya perhatian dan tanggung
jawab suami dalam memberikan nafkah yang cukup.
Pendapat Imam Syafi'i nafkah istri di tentukan oleh ukuran syara' dan tidak ada ijtihad didalamnya yang di pertimbangkan menurut keadaan suami saja. Oleh karena itu suami wajib memberikan nafkah 2 mud sehari, suami yang pertengahan wajib memberikan nafkah 1,5 mud sehari, sedangkan suami yang miskin wajib memberikan 1 mud sehari. Pendapat Hanafi, Maliki, Hambali dan Az Zhahiri : di ukur menurut keadaan suami istri.
Kedudukan suami dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga, yang mana suami wajib memberikan nafkah terhadap istri, dan istri berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengatur keuangan dalam rumah tangga yang diperoleh dari nafkah yang diberikan oleh suami kepada istri. Hal ini telah jelas diatur didalam Kompilasi Hukum Islam. Sebagaimana diatur dalam pasal 80 ayat (4) dijelaskan: “Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagiisteri.
b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan
bagi isteri dananak.
c. biaya pendidikan bagi anak.
2. Pertimbangan Keadilan:
Islam menekankan pentingnya keadilan dalam memberikan nafkah. Suami harus
mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan istri serta anak-anaknya.
3. Peran Istri:
Meskipun suami adalah pencari nafkah utama, Islam mendorong istri untuk
berkontribusi, baik secara finansial maupun dalam pengelolaan keuangan rumah
tangga.
4. Keberkahan dalam Rezeki:
Dalam Islam, keberkahan rezeki sangatlah penting. Suami yang berusaha dengan
niat baik dan mengikuti prinsip-prinsip Islam akan mendapatkan keberkahan dalam
nafkah yang diberikan.
Ketika Suami Tidak Mampu Memenuhi Nafkah
(Gambar: Ketika Suami Tidak Mampu Memenuhi Nafkah) |
Saran dari Para Pakar
Menghadapi situasi di mana nafkah suami kurang, beberapa
langkah dapat diambil berdasarkan saran dari para pakar:
1. Komunikasi Terbuka
Komunikasi yang baik antara suami dan istri adalah kunci
untuk mengatasi masalah keuangan. Diskusikan kebutuhan dan harapan
masing-masing untuk menemukan solusi bersama.
2. Penyusunan Anggaran
Membuat anggaran keluarga yang jelas akan membantu mengelola
keuangan dengan lebih baik. Ini mencakup pengeluaran bulanan, tabungan, dan
dana darurat.
3. Mencari Sumber Pendapatan Tambahan
Jika memungkinkan, istri bisa mencari pekerjaan sampingan
atau usaha kecil untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Ini juga
dapat memberikan rasa percaya diri dan kemandirian.
4. Pendidikan dan Pelatihan
Investasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan kerja suami dapat menjadi solusi jangka panjang. Dengan
meningkatkan kualifikasi, peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
akan meningkat.
5. Konsultasi dengan Ahli Keuangan
Menggunakan jasa konsultan keuangan untuk merencanakan
keuangan keluarga dapat membantu mengatasi masalah yang ada dan merencanakan
masa depan yang lebih baik.
6. Memperkuat Spiritual
Menguatkan ikatan spiritual melalui praktik ibadah dapat
memberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan. Memohon
pertolongan kepada Allah dan berdoa untuk rezeki yang lebih baik adalah langkah
penting.
Peran Istri dalam Membantu Nafkah Suami
Menunjang Suami: Istri dapat memberikan dukungan
moral dan spiritual kepada suami agar tetap bersemangat dalam mencari rezeki.
Istri juga dapat membantu suami dalam mengelola keuangan keluarga secara bijak.
Mencari Penghasilan Tambahan: Jika suami belum mampu
memenuhi nafkah, istri dapat bekerja atau berwirausaha secara halal untuk
menambah penghasilan keluarga. Namun, tetap harus menjaga keseimbangan antara
peran sebagai istri, ibu, dan pencari nafkah.
Mengelola Keuangan Keluarga: Istri dapat berperan
aktif dalam mengatur dan mengalokasikan keuangan keluarga. Memastikan dana
digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Bersabar dan Berdoa: Dalam menghadapi situasi keuangan yang sulit, istri dianjurkan untuk bersabar, ikhlas, dan terus berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar suami diberikan kemudahan dalam mencari nafkah.
Kesimpulan
Dalam menghadapi permasalahan nafkah yang kurang, keluarga Muslim harus tetap mengedepankan kesabaran, saling pengertian, dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Suami dan istri harus saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain.Dengan berpedoman pada petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, serta didukung dengan nasihat dari para pakar, keluarga Muslim dapat menemukan solusi Islami yang bijaksana dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada.
Semoga dengan upaya yang dilakukan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberikan jalan kemudahan bagi keluarga Muslim dalam memenuhi nafkah dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Posting Komentar